JAKARTA (KASTANEWS.COM)– Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menerima audiensi Asosiasi Garment dan Textile Indonesia (AGTI).
Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto menegaskan komitmennya untuk memperkuat daya saing industri garmen dan tekstil nasional dengan berlandaskan pada nilai-nilai Ekonomi Pancasila.
Langkah ini diyakini dapat menciptakan keseimbangan antara produktivitas industri, kepentingan lingkungan, dan kesejahteraan tenaga kerja.
Dalam audiensinya, AGTI telah menyampaikan roadmap penguatan daya saing dengan pendekatan analisis SWOT Analisis Peningkatan Daya saing Industri TPT Nasional dan Ekosistemnya untuk memetakan peluang dan tantangan industri tekstil ke depan.
“Audiensi AGTI dan tanggapan Pak Menkeu Purbaya dan jajaran Kemenku memberikan angin segar bagi industri garmen dan tekstil tanah air. AGTI meyakini bahwa membangun industri TPT bukan hanya efisien dan berdaya saing, tapi juga berkeadilan sosial, sesuai prinsip Ekonomi Pancasila,” kata Anne, Rabu (5/11/2025).
“Pendekatannya bukan sekadar bisnis, tapi menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja baru bersama dengan pemerintah dan pekerja sebagai mitra pengusaha dan akademisi dalam AGTI,” lanjutnya.
Dia menambahkan, AGTI bersama pemerintah, melalui koordinasi dengan Komite Penanganan Dampak Sektor Keuangan (KSSK) yang dipimpin Purbaya Yudhi Sadewa, sedang menyiapkan langkah-langkah konkret untuk memperkuat sektor industri padat karya ini.
“Pertemuan lanjutan dengan KSSK dijadwalkan untuk membahas berbagai aspek strategis, termasuk penyederhanaan perizinan industri, khususnya dalam penerapan PP Nomor 28 terkait perizinan lingkungan hidup,” katanya.
AGTI juga menyoroti kebijakan impor produk tekstil bekas (thrifting). Dia menilai keputusan pemerintah yang tegas membatasi peredaran barang thrifting di pasar lokal sudah sangat tepat dan memberi peluang positif bagi produsen pakaian jadi berorientasi market lokal.
“Kami sangat mendukung keputusan Pak Purbaya. Barang yang sudah melalui kepabeanan tidak seharusnya beredar di pasar domestik. Industri lokal harus mendapat perlindungan agar bisa tumbuh,” katanya.
“Di sisi lain, kami juga tengah mengembangkan solusi berbasis daur ulang poliester agar tetap kompetitif dan ramah lingkungan,” katanya.
Anne juga mengungkapkan bahwa beberapa anggota AGTI saat ini tengah menambah kapasitas produksi, bahkan membuka perekrutan tenaga kerja baru.
“Tidak ada PHK. Justru ada yang pensiun dan kami rekrut kembali. Bahkan salah satu anggota kami akan segera meresmikan pabrik baru. Artinya, industri ini terus tumbuh,” ungkapnya optimistis.
Ke depan, AGTI akan melanjutkan roadshow ke berbagai daerah guna memperkuat jejaring dan konsolidasi dengan pelaku usaha, pekerja, serta pemerintah daerah.
“Kami percaya jika seluruh elemen—pemerintah, pengusaha, dan pekerja—bersatu dalam semangat Ekonomi Pancasila, maka daya saing industri tekstil nasional bisa meningkat dua kali lipat, bahkan melebihi negara pesaing,” katanya.
Sementara itu Purbaya mengatakan, industri tekstil memiliki peran penting sebagai salah satu sektor padat karya yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional.
Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah dan dunia usaha perlu terus diperkuat agar industri ini tetap tumbuh dan mampu menghadapi tekanan kompetisi internasional.
“Melalui pertemuan ini, kita bisa membangkitkan kembali dunia tekstil Indonesia dan memastikan bahwa industri ini didominasi oleh para pelaku usaha domestik sendiri,” kata Purbaya.
Pemerintah, lanjut Purbaya, akan terus berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mendorong peningkatan produktivitas industri dalam negeri, khususnya di sektor tekstil dan garmen, agar mampu menjadi motor penggerak ekspor dan penyerapan tenaga kerja nasional.(rah)
