JAKARTA (Kastanews.com) – Wakil Ketua DPR RI, Rachmad Gobel, menyampaikan bahwa para santri dapat ikut terlibat dalam memajukan dan menyejahterakan bangsa.
Caranya dengan pengembangan potensi para santri. “Santri harus digali kemampuannya agar tidak hanya berkembang di dunia pendidikan, tetapi juga dapat berkontribusi di bidang industri,” kata Rachmad Gobel di Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI), Sabtu (27/8/2022).
Menurutnya, Indonesia akan menghadapi dua tantangan besar dalam beberapa dekade mendatang, yaitu perubahan iklim dan geopolitik global. Kedua tantangan ini berpengaruh terhadap Indonesia, terutama di bidang ketahanan pangan dan industri.
Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa untuk diolah demi kesejahteraan masyarakat. “Jika hal ini dilakukan, tantangan geopolitik global yang memicu kenaikan harga bahan pokok di sejumlah negara dapat tertangani,” terangnya.
Kemampuan santri harus dikembangkan secara maksimal, sehingga bisa berkontribusi langsung dalam pembangunan negeri. Artinya, tidak hanya sekadar fokus pada pendidikan, tapi juga berkontribusi pada sektor industri.
Hari itu diselenggarakan acara “Monolog Negeri Sarung” yang menampilkan Inayah Wahid, putri bungsu dari Presiden Keempat Republik Indonesia, Dr. K.H. Abdurrahman Wahid. Pada monolog yang terdiri atas tiga babak ini, di babak pertama Inayah menampilkan “Sama-sama Cari Untung” yang mengisyaratkan pentingnya keberadaan teknologi untuk hal positif, bukan untuk aktivitas yang bersifat negatif, seperti perjudian.
Pada babak kedua, monolog menceritakan seorang pembeli yang beradu gengsi. Monolog tersebut memberi pesan agar masyarakat yang ingin membeli sesuatu harus melihat keindahan, makna, dan kualitasnya.
Monolog tersebut menampilkan berbagai jenis sarung sebagai salah satu ciri khas santri sekaligus sebagai upaya memperkenalkan sarung lokal kepada peserta yang hadir. Sementara itu, monolog babak ketiga menceritakan “Sarung Justice Warrior” yang menampilkan adegan seorang ulama diam membisu ketika terjadi permasalahan yang melibatkan agama dan justru hadir untuk memecah belah bangsa dengan hasutan dan provokasi.
“Monolog Negeri Sarung” merupakan acara penutup dari rangkaian pameran lukisan dan sarung yang diadakan pada 22–27 Agustus. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara MAC UI, Masjid Ukhuwah Islamiyah (MUI) UI, dan Jejaring Duniasantri.
Pertunjukan monolog ini juga diiringi dengan painting live performance yang dibawakan oleh Kaisar Nuno yang merupakan pelukis pengelana yang tumbuh dari lingkungan pesantren.
Turut hadir dalam acara tersebut, Istri Presiden RI Ke-4 Sinta Nuriyah Wahid, Wakil Gubernur Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen; Wakil Ketua Umum MUI Marsudi Syuhud, dan Dekan Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya UI Bondan Kanumoyoso lainnya, Kepala MAC UI Ngatawi Al-Zastrouw, Direktur Direktorat Pengembangan Karier Lulusan dan Hubungan Alumni UI, Ahmad Syafiq, Ketua Masjid Ukhuwah Islamiyah UI Achmad Solechan; dan Direktur Panasonic.
Kegiatan ini penting untuk memperkenalkan kekayaan budaya sarung kepada masyarakat. Sebab, sarung merupakan sesuatu yang sederhana, namun memiliki banyak makna. Selain berguna untuk pakaian, sarung juga melambangkan makna kebudayaan dari corak gambar yang terukir dalam kain.
UI sebagai institusi pendidikan juga memiliki peran yang serupa, yaitu mudah diakses, dijangkau, dan berkomitmen penuh untuk mennjadi kampus yang berkelas dunia, adaptif, inklusif, serta toleran. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A., mengatakan bahwa sarung merupakan simbol perlawanan kepada para penjajah karena keberadaannya telah ada sejak zaman penjajahan.(rah)