KENDARI (31 Juli): Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmad Gobel mengajak para perantau Gorontalo dan keturunannya membangun kampung halamannya.
“Mari kita majukan tanah leluhur kita, yang saat ini masih menjadi provinsi termiskin kelima di Indonesia. Cita-cita menjadikan Gorontalo sebagai provinsi adalah untuk memajukan Gorontalo dan menyejahterakan warganya. Tapi hingga kini belum tercapai,” kata Gobel, Minggu (30/7) di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Hal itu ia sampaikan saat mengadakan dialog dengan warga Gorontalo yang menjadi perantau di Sulawesi Tenggara. Sebagai putra Gorontalo dan wakil rakyat dari Gorontalo, Gobel bersilaturahmi dengan masyarakat yang tergabung ke dalam Kerukunan Keluarga Indonesia Gorontalo (KKIG). Paguyuban itu diketuai Ratna Ningsih Lunetu. Pertemuan itu berlangsung santai. Pertemuan yang dikemas dengan makan malam bersama itu diakhiri dengan foto bersama.
Jumlah perantau Gorontalo tergolong besar. Walau belum ada data resmi namun jumlah perantau Gorontalo diperkirakan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk Gorontalo itu sendiri. Mereka sudah menetap menjadi warga di tempat perantauannya.
Salah seorang yang hadir, Ningsih adalah pensiunan pegawai negeri di Kendari. “Yang datang di sini umumnya adalah pegawai negeri. Namun ada juga yang pedagang,” katanya.
Kendati demikian, katanya, mereka tetap menjaga ikatan dengan kampung halaman dan tradisi Gorontalo. “Saat menikahkan anak, kami menggunakan tradisi Gorontalo. Kami juga menampilkan kesenian Gorontalo. Yang paling kuat adalah menjaga kuliner Gorontalo yang sangat enak,” lanjutnya.
Ningsih menyebutkan kelezatan kuliner ikan payangga, ikan nike, dan tumis kangkung Gorontalo yang berbeda dengan tumis kangkung daerah lain. Namun, Ningsih mengaku sedih dengan kabar angka bunuh diri di Gorontalo yang terus meningkat.
“Ada masalah dengan tingkat kemiskinan dan lapangan kerja serta usaha. Jadi benar seperti yang disampaikan Pak Rachmad Gobel bahwa soal kemiskinan harus segera diselesaikan,” katanya.
Menanggapi hal itu, Gobel mengatakan, masalah bunuh diri harus menjadi perhatian semua pihak. “Yang pertama adalah harus membangun harapan pada masyarakat tentang kepastian terhadap masa depannya. Di sini ada faktor kepemimpinan dan visi tentang masa depan Gorontalo. Ini yang menjadi masalah pokok Gorontalo,” ujar Gobel.
Pada kesempatan itu Legislator NasDem dari Dapil Gorontako itu mengemukakan tentang gagasannya yang ia sebut sebagai Visi 2051. “Kita harus membangun peradaban baru Gorontalo,” tandasnya.
Salah satu bentuknya, ia membangun Pelabuhan Anggrek di Gorontalo Utara sebagai pelabuhan internasional. Pelabuhan itu akan diintegrasikan dengan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Pangan.
“Ada investasi yang besar, sekitar Rp1,5 triliun dan dalam 30 tahun akan menampung 100 ribu tenaga kerja,” jelasnya.
Program tersebut, kata Gobel, akan ditopang oleh pembangunan pertanian, kelautan dan perikanan, pengembangan UMKM, pariwisata, dan koperasi. “Semuanya terjalin dalam suatu ekosistem yang saling terkait dan saling menopang,” katanya.
Sebagai wakil rakyat, ia juga telah mengembangkan sentra-sentra pertumbuhan ekonomi baru melalui pembangunan kawasan wisata Tamendao, Danau Perintis, dan permukiman suku laut Bajo di Torosiaje.
“Konsepnya wisata, namun pendorongnya adalah ekonomi UMKM. Di sini tercipta lapangan kerja, lapangan usaha, dan sekaligus menghibur warga. Karena di tempat-tempat itu ada festival. Di Tamendao ada festival ikan tuna. Di Danau Perintis ada festival UMKM milenial. Nanti kita terus perbanyak festival agar ada promosi dan keramaian sekaligus,” kata Gobel.
Gobel berharap para perantau bisa ikut berkontribusi dalam memajukan Gorontalo dan menyejahterakan warga Gorontalo. “Basis pertama adalah pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas,” tukasnya.(nasihin/*)