DEPOK (Kastanews.com): Namanya Wahyu Ramdhani. Aku baru mengenalnya mungkin di sekitar akhir tahun 2018. Sebagai jurnalis muda sebuah media online, boleh jadi dia memiliki bakat meski tidak secara spesifik menggali ilmu di bidang komunikasi. Namun seiring waktu berjalan, aku baru tahu kalau Wahyu ternyata sangat menyukai sepak bola. Bahkan belakangan di termasuk dalam kepengurusan PSSI Depok.
Di tengah hiruk pikuk pertandingan sepak bola kasta tertinggi tanah air, sosoknya hanya bisa berdiri tenang di sisi lapangan. Ia bukan pelatih, bukan pula wasit. Namun tanggung jawabnya tak kalah besar. Di usianya yang baru menginjak 32 tahun, pria kelahiran Garut, 5 Maret 1993 ini menjadi salah satu Match Commissioner termuda yang bertugas di BRI Liga 1 musim 2024/2025.
Kisah Wahyu dalam sepak bola nasional bukan dimulai dari ruang berpendingin AC atau kantor federasi, melainkan dari tribun stadion. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Wahyu telah akrab dengan atmosfer pertandingan, terutama lewat keterlibatannya sebagai bagian dari kelompok suporter Persikad Depok, Super Depok. Dari sana, tumbuh kecintaan yang mendalam terhadap sepak bola, dan juga pemahaman bahwa olahraga ini tak hanya soal bola di lapangan, tapi juga pengelolaan dan berbagai tahapan persiapan di balik 90 menit tayangan di televisi.
Langkah awalnya sebagai Match Commissioner dimulai pada tahun 2017, saat ia mengikuti kursus tingkat daerah yang diadakan oleh Asosiasi PSSI Kabupaten Bogor. Pelan tapi pasti, ia menapaki jenjang karier dari level kota, provinsi, hingga nasional. Tahun 2018 menjadi titik balik, ketika ia lolos seleksi ketat Match Commissioner Elite Pro Academy (EPA) Liga 1. Dengan wawancara berbahasa Inggris sebagai salah satu syaratnya, Wahyu membuktikan kapasitasnya dan langsung dipercaya memimpin laga di EPA U16, bahkan hingga partai perebutan tempat ketiga.
Musim berikutnya, ia naik level ke EPA U18 kemudian U20, dan dari situ pintu-pintu kompetisi lain terbuka—Piala Soeratin Nasional, Kualifikasi PON 2020, Liga 3, hingga akhirnya Liga 2. Pandemi sempat menjadi batu sandungan, namun ia tetap bertahan, bahkan beradaptasi dalam sistem bubble saat debut di Liga 2 musim 2021.
Kerja kerasnya terbayar saat akhirnya mendapat kepercayaan bertugas di BRI Liga 1 sejak musim 2023/2024. Tapi, jalan ke sana bukanlah lintasan mulus. Ia harus mengikuti kursus nasional di PSSI Jawa Barat dan menjalani penyetaraan untuk resmi menjadi Match Commissioner di level federasi.
Menurut alumni Sosiologi FISIP Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu banyak soft skill yang harus dikuasai, komunikasi, manajemen emosi, hingga diplomasi sangat penting sebagai representasi tertinggi federasi dalam pertandingan.
Match Commissioner, memiliki tanggung jawab tinggi untuk memastikan jalannya pertandingan berjalan aman, tertib, dan sesuai regulasi, sejak sebelum, pada saat hingga setelah peluit panjang berbunyi. Belum lagi keselamatan dan kenyamanan semua elemen jadi prioritas. Match Commissioner juga harus harus menjadi mata dan telinga federasi.
Tak hanya di lapangan, kontribusi Wahyu merambah bidang pengembangan. Kini ia menjabat sebagai Manager Pengembangan SDM PSSI Kota Depok dan Deputi Sekretaris Asosiasi Futsal Kota Depok. Tahun 2023 lalu, ia terlibat dalam gelaran Piala Dunia U17 di Indonesia sebagai Asisten Venue Koordinator. Ia masih menyimpan mimpi besar berdiri di panggung internasional sebagai Match Commissioner.
Melihat potensi yang dimiliki Indonesia. Ia pun optimis akan semakin banyak anak muda yang bisa ikut terlibat dan menembus level tertinggi.
Di momen ulang tahun ke-95 PSSI, Wahyu Ramdhani adalah simbol dari semangat muda yang terus menjaga tradisi dan profesionalisme sepak bola nasional.
Dirgahayu ke-95 PSSI. Tradisi! Sukses Wayram, begitu aku akrab menyapanya.(*)