Banyak Orang Indonesia Jadi CEO di Perusahaan Jepang

Banyak Orang Indonesia Jadi CEO di Perusahaan Jepang

JAKARTA (Kastanews.com): Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmad Gobel, menyatakan sudah banyak orang Indonesia yang menjadi chief executive officer (CEO) di perusahan Jepang yang ada di Indonesia.

“Ini tentu menunjukkan fairness Jepang dalam menerapkan prinsip merit system dan juga bukti kemampuan sumber daya manusia Indonesia dalam berkompetisi di perusahaan asing, serta keberhasilan pembinaan sumber daya manusia oleh perusahaan Jepang,” kata Gobel di Jakarta, Jumat (18/8).

Hal itu disampaikan Gobel saat menerima delegasi New Komeito, suatu partai yang menjadi mitra koalisi Partai Demokrasi Liberal (LDP) yang kini memimpin pemerintahan Jepang. Delegasi itu dipimpin Ketua Umum New Komeito, Natsuo Yamaguchi. Ia didampingi Tomoko Ukishima (Wakil Ketua) dan Masaaki Taniai (Kepala Humas). Mereka juga merupakan anggota parlemen Jepang. Dalam pertemuan di Gedung DPR RI itu juga hadir Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kenji Kanasugi. Sedangkan Gobel didampingi anggota DPR RI dari Partai NasDem Ratih Megasari Singkarru dan Fauzi Amro.

Gobel memuji sikap Jepang dalam berinvestasi di negara lain. “Bukan hanya pocket to pocket, tapi heart to heart, sehingga terjadi transfer of job, transfer of knowhow, dan akhirnya transfer of technology. Ini karena investasi Jepang di Indonesia bukan hanya soal keuntungan ekonomi tapi juga ikut membangun sumber daya manusia. Hal itu dibuktikan dengan makin banyaknya CEO di perusahaan Jepang yang merupakan putra Indonesia,” katanya.

Pada kesempatan itu, Yamaguchi menyampaikan bahwa terdapat 1.800 perusahaan Jepang yang melakukan investasi di berbagai bidang di Indonesia. Perusahaan-perusahaan Jepang itu, katanya, tak hanya berkontribusi di bidang ekonomi untuk kemajuan tapi juga ikut membangun sumber daya manusia Indonesia.

“Bahkan di Jepang terdapat 16 ribu warga Indonesia yang bekerja dengan keterampilan khusus yang dibutuhkan masyarakat Jepang,” ungkap Yamaguchi.

Gobel mengingatkan bahwa hubungan Indonesia-Jepang yang sudah terjalin 65 tahun merupakan bukti hubungan baik kedua negara. Jepang telah melakukan investasi di Indonesia dalam jumlah yang cukup besar. “Ke depan harus lebih besar lagi,” imbuhnya.

Karena itu, Gobel meminta Jepang untuk ikut terlibat dalam pembangunan Ibukota Negara (IKN) di Kalimantan Timur yang akan memberikan dampak besar bagi kemajuan Indonesia. Menurutnya, Jepang memiliki pengalaman panjang dan sudah dibuktikan dalam membangun kota yang berwawasan lingkungan. Hal itu sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo tentang pembangunan IKN yang ramah lingkungan.

Selain itu, imbuh Gobel, Jepang jangan hanya berinvestasi di bidang otomotif dan elektronika tapi juga sudah saatnya memperbanyak investasi di sektor pertanian, kelautan, dan peternakan.

“Sekitar 60% penduduk Indonesia terlibat di tiga sektor ini. Jadi akan memiliki dampak besar bagi pemerataan ekonomi, ketahanan nasional, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan,” katanya.

Legislator NasDem dari Dapil Gorontalo itu mengingatkan, pascapandemi covid-19, perang Ukraina-Rusia, dan climate change, dunia dihadapkan pada potensi krisis pangan. “Jepang sudah terbukti memiliki keunggulan dan sangat maju dalam pertanian dan pangan pada umumnya,” lanjutnya.

Gobel sudah berkunjung ke sejumlah daerah di Jepang yang memiliki kemajuan di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan. “Buah dan hasil pertaniannya cuma ada dua, yakni enak dan enak sekali. Jadi kemampuan di bidang tersebut harus ditransfer ke Indonesia,” katanya. Bahkan di Ibaraki, Hokota, terdapat petani-petani muda dari Bali yang bekerja di lahan-lahan pertanian Jepang.

Gobel juga menyebutkan, Jepang memiliki keunggulan dalam teknologi dan memiliki pengalaman yang panjang sebagai negara maju. Sedangkan Indonesia memiliki lahan, kekayaan sumber daya alam, dan pasar yang besar.

“Jika keunggulan masing-masing negara ini disinergikan maka kedua bangsa akan memiliki kontribusi besar bagi dunia, bukan hanya memberikan keuntungan kepada dua negara saja,” pungkas Gobel. (nasihin/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *