Gantyo Koespradono
Bolehkah saya dan Anda mencalonkan diri menjadi presiden Republik Indonesia?
Ya, bolehlah.
Husss, jangan bilang, “Mimpi kali, ya?”
Mimpi, niat, bahkan berambisi jadi RI-1 boleh, kok. Apalagi “tokoh” semacam Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang sudah punya modal, yaitu Partai Demokrat.
UU No 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden memberi kesempatan kepada siapa pun (yang penting WNI) mencalonkan diri menjadi presiden.
Pasal 5 UU itu mengatur persyaratan menjadi calon presiden dan calon Wakil presiden. Total ada 18 syarat.
Beberapa di antaranya sang calon harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri; tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya.
Kita memenuhi syarat itu, kan?
Oleh sebab itu saya heran jika ada yang tidak suka jika AHY, apalagi bapaknya, ingin sekali AHY menjadi presiden. AHY memenuhi syarat sebagai presiden, apalagi kalau baru calon.
Siapa pun nggak boleh cemburu — apalagi melarang — manakala AHY belakangan ini suka berpidato dan ngeyoutube nyindir-nyindir pihak-pihak tertentu yang menginginkan jabatan presiden yang kini diduduki Joko Widodo diperpanjang menjadi tiga periode.
Harap dimaklumi, sebab jika apa yang dikhawatirkan AHY terjadi, maka peluangnya untuk menjadi RI-1 bakal terseok-seok. Jokowi, kok, dilawan.
Hal yang sama juga berlaku buat Anies Baswedan yang demi RI-1 kini rajin keluar masuk rumah-rumah ibadah agama apa pun meskipun di mata ustad Somad “itu haram”.
Terus terang saya salut dengan AHY, terutama SBY, yang dengan berbagai cara berjuang agar AHY sukses meraih puncak prestasi sebagai orang beken di negeri ini.
Bayangkan demi meraih prestasi DKI-1, AHY (pasti atas saran bapaknya) keluar dari jajaran TNI dengan pangkat terakhir mayor meski akhirnya kalah bersaing dengan Anies yang katanya lihai menata kata daripada kota.
Pantang menyerah. AHY ikut “kontestasi” di partai bapaknya (Demokrat) dan terpilih secara aklamasi menjadi ketua umum Partai Demokrat.
Itu berarti jabatannya di Demokrat mempersingkat proses untuk menjadi RI-1, sebab pencalonan presiden sebagaimana diatur dalam UU Pemilu Presiden, harus lewat partai.
Lupakanlah dulu performa Demokrat yang kata banyak pengamat politik dan pembenci SBY lagi jeblok.
Saya menduga dinasti SBY pasti percaya dengan mujizat. Siapa tahu pada Pemilu 2024, Demokrat kembali moncer dan orang melupakan ironi “Katakan tidak pada korupsi!” dan proyek mangkrak Hambalang.
Keluarga SBY adalah keluarga harmonis. Ini modal meraih kesuksesan (mungkin juga kebahagiaan).
Itu bisa dilihat saat AHY berulang tahun dan sang adik, Ibas, merasa penting dan perlu mengucapkan ulang tahun kepada sang kakak lewat video (kemudian viral) menggunakan bahasa campuran Indonesia-Inggris.
Mereka sepertinya berprinsip “emang gue pikirin” manakala banyak orang menilai video Ibas itu “wagu” (bahasa Jawa: nggak pantas sekali) dan dipaksakan.
Mungkin pula keluarga Cikeas merasa sebagai sosok keluarga yang santun, sarat dengan unggah-ungguh, sehingga sah-sah saja kalau mereka GR banyak orang (rakyat) yang bersimpati kepada mereka.
SBY dan anak-anaknya pasti meyakini bahwa “raihlah cita-citamu setinggi langit” bukan sesuatu yang mustahil.
Kata-kata para motivator pasti disimpan di hati dengan baik dan dipraktikkan AHY di lapangan, sehingga AHY dengan pede berani mengatakan anak muda tidak boleh dimanja, apalagi disiapkan karpet merah.
Sampai sedemikian jauh, banyak pesaing AHY yang bercita-cita menjadi RI-1, mulai dari Anies, Puan Maharani, Prabowo Subianto, Ridwan Kamil hingga Ganjar Pranowo.
Dari sekian banyak “tokoh”, setahu saya hanya Novel Bamukmin yang berterus terang ogah menjadi “iklan kecap” yang inginnya nomor satu terus.
Bamukmin secara terbuka mencalonkan diri sebagai orang nomor dua (calon wakil presiden).
Menurut saya tidak ada salahnya jika mulai sekarang AHY menggadang-gadang Bamukmin sebagai calon wapresnya.
Eh, siapa tahu dapat mujizat, AHY bisa menjadi RI-1, karena diakui atau tidak, Bamukmin ikut sukses, lho, mengantarkan Anies ke DKI-1. Lelaki “ganteng” ini, kan, representasi suara umat?
Kita tunggu pada 2024 ada tagline: “Katakan tidak pada yang lain!”[]