Jakarta (KASTANEWS.COM) – Wakil Ketua TPN yang juga Ketua Tim Koordinasi Relawan (TKRPP) Ganjar-Mahfud, Ahmad Basarah mengatakan, dukungan terhadap pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD terus mengalir dari pelbagai kalangan, dan tidak terpengaruh dengan adanya manuver Gibran Rakabuming Raka yang di menit-menit terakhir menyatakan maju di Pilpres 2024 mendampingi Prabowo Subianto.
“Perlu saya sampaikan jumlah relawan yang tergabung dengan kita semakin bertambah, apalagi setelah Prof. Mahfud ditetapkan sebagai Cawapres mendampingi Haji Ganjar Pranowo,” ujar Basarah usai menghadiri Deklarasi Dukungan Jaringan Alumni Himpunan MahaiHMI dan Muslimin Indonesia untuk Ganjar-Mahfud di Jakarta, Selasa (14/11).
Acara deklarasi yang diikuti oleh 1.000 alumni HMI dan Muslimin Indonesia dihadiri langsung Cawapres Mahfud MD dan Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo, Wakil Ketua Umum TPN TGB Zainul Majdi dan mantan Ketua BPK RI 2019-2021 Agung Firman Sampurna.
Basarah mengatakan, hingga kini telah bergabung 2.222 organisasi relawan yang tersebar di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
“Jumlah ini terus bertambah karena tingginya minat masyarakat untuk bergabung. Terus bertambahnya organ relawan pasca-deklarasi membuktikan betapa kuatnya magnet yang dimiliki Prof Mahfud. Ini juga menunjukkan masyarakat lebih menggunakan akal sehat mereka untuk memilih calon pemimpin yang berkualitas dan berkomitmen tinggi untuk membawa Indonesia lebih unggul di masa mendatang,” ujar Basarah.
Menurut Basarah, pasangan Ganjar-Mahfud lahir dari keputusan para ketua umum partai pengusung yang lebih mengedapankan akal sehat dan hati yang bersih dalam menentukan capres-cawapres.
“Kita memilih calon pemimpin tidak berdasarkan pertimbangan kapital dan elektoral, tapi berdasarkan kualitas, kapasitas dan kapabilitas yang dimilki. Oleh karena itu, kita memutuskan untuk memilih Ganjar-Mahfud MD sebagai pasangan dwi tunggal untuk memimpin Indonesia di masa mendatang,” ujarnya.
Basarah menjelaskan, pasangan Ganjar-Mahfud MD merupakan pasangan yang memiliki rekam jejak panjang. Ganjar merupakan sosok nasionalis, sedangkan Mahfud berasal dari kalangan religius.
“Kita tahu juga, Prof Mahfud memiliki rekam jejak yang sangat panjang di pemerintahan, baik eksekutif, yudikatif dan legislatif. Pak Mahfud juga dikenal sebagai pendekar hukum yang bernyali dan memiliki keberanian untuk melawan ketidakadilan yang dirasakan oleh rakyat kecil,” ujar Basarah.
Sosok Ganjar dan Mahfud, lanjut Basarah, juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang selalu mengedepankan kepentingan masyarakat dan menyingkirkan kepentingan golongan, kelompok, keluarga apalagi pribadi.
“Selama ini, kata Basarah, Ganjar dan Mahfud selalu bekerja untuk kepentingan rakyat. Ganjar misalnya terus bergerak dan turun ke bawah menemui masyarakat dan bahkan tidur di rumah warga untuk menyerap dan mendengar langsung aspirasi masyarakat.
“Sikap-sikap calon pemimpin seperti itu yang kita butuhkan dan rakyat Indonesia perlukan di masa mendatang. Pasangan Ganjar-Mahfud juga gambaran sebagai kombinasi tokoh dengan latar belakang pengalaman yang siap untuk memimpin bangsa Indonesia untuk lebih unggul di masa mendatang,” ujarnya.
Basarah mengibaratkan pasangan Ganjar-Mahfud sebagai “dua rel kereta api yang selalu bergandengan sepanjang jalan untuk mengantarkan kereta api NKRI sampai tujuannya. “Ibu Mega dan para ketua umum Parpol lainnya sudah menunjukan komitmen kuat untuk senantiasa menggabungkan antara kekuatan nasionalisme dan Islam. Sejak dulu, kelompok Nasionalis dan Islam terus berjalan beriringan dan sejalan. Saya mengibaratkan bersatunya kalangan nasionalis-religius,” tutur Basarah.
Basarah mengapresiasi dukungan yang diberikan alumni HMI untuk Ganjar-Mahfud. Ia menjelaskan, HMI sebagai sebuah organisasi dengan usianya yang sudah mencapai 76 tahun telah ikut menjaga kelahiran negara Indonesia merdeka. “Oleh karena itu, kader-kader alumni HMI di seluruh Indonesia memiliki kewajiban dan tanggung jawab moral yang sangat besar untuk menjaga dan mengawal negara Pancasila dari upaya mengangkangi sistem negara kebangsaan yang berbentuk republik ini agar tidak berubah menjadi negara bercita-rasa kerajaan,” ujar Basarah.
Basarah juga mengapresiasi alumni HMI Jimly Asshiddiqie yang baru-baru ini mengungkapkan ketidakadilan dan rekayasa hukum yang terjadi di Mahkamah Konstitusi. Menurutnya, prahara yang terjadi di Mahkamah Konstitusi telah memperlihatkan lembaga penjaga konstitusi itu bisa diintervensi.
“Tentu kita tidak ingin Indonesia kembali ke masa-masa kegelapan dalam berdemokrasi, saat hukum diakali dan dimanipulasi hanya untuk kepentingan atau nafsu pribadi untuk melanggengkan kekuasaan. Kita patut berterima kasih kepada Prof Jimly yang merupakan alumni HMI karena menjalankan tugasnya secara profesional untuk memastikan publik mendapatkan keadilan. Prof Jimly secara tegas dan terang benderang mengungkap praktik tercela dan pelanggaran etik berat yang dilakukan hakim konstitusi Anwar Usman, yang kemudian berujung pada pencopotan yang bersangkutan sebagai Ketua MK,” tutur Basarah.
Dalam kesempatan itu, Basarah mengajak alumni HMI di seluruh Indonesia untuk terlibat aktif memantau jalannya penyelenggaraan Pemilu 2024 yang diduga akan diwarnai kecurangan. Kekhawatiran atas masa depan demokrasi di Indonesia disampaikan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
“Ibu Mega bahkan sampai prihatin hingga menyuarakan hati nuraninya karena melihat tanda-tanda situasi demokrasi di Tanah Air yang sedang menjuju kegelapan. Manipulasi hukum dilakukan oleh kekuasaan yang telah mengabaikan kebenaran hakiki, politik atas dasar hati nurani,” ujar Basarah.
Tidak hanya itu, Basarah juga mengajak masyarakat untuk melawan upaya-upaya untuk menghadirkan Pemilu yang tidak jurdil. “Perusakan baliho Ganjar-Mahfud terjadi di sejumlah daerah, dan indikasi mengerahkan aparatur negara. Kita terusik dengan situasi yang ada saat ini,” tutup Basarah.(bud)