Willy Aditya: “Politik Kebangsaan itu Etape Lanjut dari Politik Identitas”

Willy Aditya: “Politik Kebangsaan itu Etape Lanjut dari Politik Identitas”

SAMPANG (Kastanews.com): Menanggapi semakin massifnya ujaran-ujaran tentang politik identitas, Anggota MPR RI fraksi Partai NasDem, Willy Aditya melakukan sosialisasi 4 Pilar MPR dengan tema “Akar Kebangsaan dan Persatuan” di Kabupaten Sampang,

Dalam pidatonya, Willy yang juga mantan aktivis 98 menyampaikan bahwa politik di era pemilu berbasis elektabilitas dan popularitas akan makin sulit memisahkan dari kedekatan identitas. Karena itu dia menilai tidak ada yang salah jika para calon pemimpin berusaha berjualan kedekatan identitas agar dapat memenangkan pilihan publik.

“Kalau kamu orang jawa tentu kamu akan nyaman mendekat dengan orang-orang Jawa. Semakin spesifik identitasnya, semakin kecil jumlah anggotanya. Nah itulah kenyamanan yang ditawarkan politik identitas,” ucapnya

Willy memperingatkan politik identitas bisa menjebak kepada perpecahan jika dia mengekspolitasi keunggulan identitas seraya menjatuhkan yang lainnya. Hal inilah yang yang menurutnya harus berubah menjadi kualitas baru identitas kebangsaan. Kebangsaan adalah tingkat lanjut dari identitas.

“Politik kebangsaan itu etape lanjutan dari politik identitas minus kebencian. Jadi apa yang terjadi hari ini sebenarnya akan mengarah pada kebangsaan jika kita mampu mengendalikannya. Kebencian di dalam politik identitas harus di kikis dan di jauhkan. Maka kita akan menatap masa depan yang cerah,” katanya.

Dalam kesempatan sosialisasi 4 pilar MPR di Sampang ini, Willy juga menyempatkan bertemu dengan komunitas humanitarian warga. Anggota MPR yang juga wakil ketua badan legislasi DPR ini juga menyampaikan dukungan untuk aktivitas humanitarian warga dalam mengelola dampak banjir, kekeringan, sampah dan dampak lingkungan lainnya.

“Kita ini berasal dari perbedaan, dan ditempa oleh kekejian penjajahan untuk akhirnya bersatu. Janganlah menjadikan perbedaan yang natural itu menjadi bencana bagi manusia dengan cara mengeksploitasi menjadi kebencian. Itu melawan sunnatulah,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *