GORONTALO (Kastanews.com): Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel ikut memeriahkan suasana Natal di Gorontalo, Minggu (25/12) malam. Gobel melakukan silaturahim dengan masyarakat Kristen Gorontalo di kediaman Koh Thian (Christian).
“Kita ikut merasakan kebahagiaan di hari Natal ini dengan bersilaturahim,” katanya.
Pada tahun lalu, Gobel ikut memeriahkan Natal dengan melakukan silaturahim di dua gereja di malam Natal, maka tahun ini ia melakukan silaturahim ke rumah dengan makan malam bersama.
“Semuanya memiliki makna yang sama. Makna persaudaraan dan kekeluargaan,” katanya.
Legislator NasDem itu mengatakan, Indonesia adalah negeri yang majemuk sehingga rasa kekeluargaan, persaudaraan, dan persatuan harus terus dipelihara, dihidupkan dan dijaga dengan nyata.
“Tak cukup hanya dirasakan dan diucapkan, tapi harus dipraktikkan. Karena mempraktikkan dengan mengucapkan itu memiliki rasa yang berbeda,” katanya.
Karena itu, Gobel mengingatkan, para pendiri bangsa sudah meletakkan dasar-dasar berbangsa dan bernegara dengan baik melalui dasar negara Pancasila dan motto Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya, Pancasila merangkum dasar-dasar bernegara dan berbangsa yang menjadi titik simpul yang menyatukan dan disepakati bersama. Sedangkan Bhinneka Tunggal Ika, merupakan nilai yang mengajarkan tentang kenyataan bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk namun bersatu untuk mencapai satu tujuan.
“Karena itu keragaman agama dan pemeluknya bukan menjadikan bangsa ini harus berpecah tapi harus menguatkan persatuan,” katanya.
Selain itu, Gobel menyatakan pentingnya bangsa Indonesia untuk fokus membangun masa depan Indonesia yang lebih baik, yang maju, kuat, adil, makmur, dan merata. Hal itu, hanya bisa dicapai jika bangsa ini bersatu dan menyatukan semua potensi komponen bangsa.
“Kita kedepankan nilai-nilai toleransi, moderasi, dan inklusivitas. Bukan ngotot menang-menangan dan benarnya sendiri,” kata wakil rakyat dari Dapil Gorontalo itu.
Namun demikian, Gobel mengakui bahwa masih ada sebagian pihak yang belum menyadari tentang pentingnya berbagi, berempati, bertenggang rasa, dan tidak serakah.
“Negeri ini terlalu kaya untuk menjadi negeri terbelakang. Jadi jika negeri ini terus tertinggal maka ada yang salah dalam tata kelola berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Mari kita perbaiki,” katanya.(Nasihin/*)