JAKARTA (Kastanews.com)- Indonesia terus menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang positif di tengah risiko perlambatan ekonomi global. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi RI pada kuartal III 2022 tumbuh 5,7% year on year (yoy).
“Pencapaian ini perlu digarisbawahi mengingat ekspansi aktivitas perekonomian di kuartal II 2022 sendiri sudah sangat kuat didorong ramdahan dan Idul Fitri,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, melalui pernyataan resmi, Selasa (8/11/2022).
Menurut dia perekonomian nasional didorong tingkat pertumbuhan kuartal II 2022 yaitu sebesar 1,8% kuartal per kuartal (qtq). Level PDB nasional secara kumulatif semakin melampaui level PDB (Produk Domestik Bruto) prapandemi atau lebih tinggi 6,6% secara komulatif. Lebih lanjut, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih relatif tinggi sebesar 5,4%(yoy).
Pencapaian ini sejalan dengan indikator konsumsi, termasuk rata-rata Indeks Penjualan Riil yang tumbuh 5,5%. Penguatan program perlindungan sosial pemerintah dalam meredam tekanan dari penyesuaian harga energi melalui peningkatan subsidi energi, Bantuan Subsidi Upah (BSU), Bantuan Langsung Tunai (BLT) serta penyaluran bantuan melalui pemerintah daerah turut berperan dalam menjaga kesinambungan pemulihan daya beli masyarakat dan stabilitas harga pangan.
Hal ini juga ditunjukkan oleh tingkat inflasi yang tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya. Secara tahunan, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2022 akan berada pada kisaran 5,0 – 5,3%. Laju ekspansi perekonomian diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun.
Indikator perekonomian terkini masih menunjukkan konsistensi ekspansi perekonomian, termasuk PMI Manufaktur nasional yang masih ekspansif, pertumbuhan konsumsi listrik oleh industri dan bisnis yang masih tinggi, serta tingkat inflasi yang mulai mereda.
Sementara dari sisi domestik, laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di triwulan III diantaranya juga diakibatkan oleh faktor dorongan dari basis pertumbuhan yang relatif rendah (low base-effect) akibat dari tingginya kasus varian delta tahun lalu.
Pertumbuhan ekonomi di kuartal IV diperkirakan akan moderat, terutama mempertimbangkan siklus perekonomian yang relatif melambat di akhir tahun setiap periodenya, serta high base-effect akibat fenomena pent-up demand pasca relaksasi PPKM level IV.
Namun demikian, risiko gejolak ekonomi global yang penuh ketidakpastian perlu terus diantisipasi. PMI manufaktur global masih berada pada zona kontraksi dalam 2 bulan terakhir. Tren inflasi yang tinggi masih terjadi, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Kondisi ini kemudian diikuti juga dengan percepatan pengetatan suku bunga acuan bank sentral utama di dunia.
“Momentum pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung akan terus dijaga dengan menjaga pelaksanaan APBN 2022 yang waspada, antisipatif, dan responsif dalam menghadapi ancaman dan risiko global yang tidak pasti,” tutup Febrio.(rah)