JAKARTA (Kastanews.com) – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 G20 di Bali akan dilaksanakan pada 15-16 November 2022. Sebelum kegiatan inti, ada 438 event dan side event rangkaian KTT G20 telah dilakukan di 25 kota Indonesia.
Staf Ahli Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Kemaritiman pada Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nyoman Shuida menjelaskan, penyelenggaraan rangkaian kegiatan KTT G20 telah membawa dampak langsung sekaligus membawa sebuah peluang besar bagi Indonesia.
Nyoman menuturkan, adanya KTT G20 telah menghidupkan sektor hospitality di Bali yang sebelumnya berhenti selama pandemi Covid-19. Dari sektor hospitality business, dikabarkan membutuhkan banyak tenaga kerja dalam menghadapi pertemuan puncak KTT G20 di Bali pada November 2022.
“Tingkat keterisian kamar hotel khususnya di Bali sudah melonjak tinggi dibandingkan dengan saat masa pandemi 2021 lalu. Serapan tenaga kerja di sektor pariwisata, khususnya hotel, sudah mencapai sekitar 80 persen terhadap para pekerja yang saat masa pandemi dirumahkan,” kata Nyoman dalam keterangan yang diterima, Jumat (4/11/2022).
Dia melanjutkan, KTT G20 akan membawa keuntungan ekonomi secara langsung kepada Indonesia. Tak hanya dirasakan oleh lembaga-lembaga dan perusahaan besar, namun oleh masyarakat secara langsung. Sejumlah rangkaian pertemuan G20 yang berlangsung sejak beberapa bulan lalu hingga nanti jelas akan membawa dampak positif.
Pertumbuhan sektor transportasi, akomodasi, UMKM, hingga pariwisata. “Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, maka akan mendorong penciptaan lapangan kerja baru di berbagai sektor, misal kuliner, fashion, dan lainnya,” ucapnya.
Kemudian, dia mengatakan, manfaat dari KTT G20 juga akan terasa di sektor Kesehatan. Dalam konferensi akan ada tiga hal yang akan dibahas terkait sektor kesehatan, seperti sistem ketahanan kesehatan global, harmonisasi standar protokol kesehatan global, serta pengembangan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan, persiapan dan respons terhadap krisis kesehatan yang akan datang.
“Tiga pembahasan tersebut bertujuan agar kolaborasi negara-negara G20 dapat merespon ancaman krisis kesehatan global seperti misalnya pandemi Covid-19 yang lalu,” ungkapnya.
Selain dampak baik pada masyarakat, sambung dia, juga perlu dilihat dampak dari peserta delegasi G20. Kesan-kesan baik yang didapat para delegasi selama pelaksanaan kegiatan juga akan menimbulkan hubungan kerja sama yang baik dengan negara tersebut. “Sehingga hal tersebut dapat berdampak pada Indonesia misalnya dapat meningkatkan hubungan baik dalam kerja sama, hubungan ekspor impor, dan hubungan dengan masyarakat global,” pungkasnya.(rah)