JAKARTA (Kastanews.com)- Enam desa di lima Kabupaten di Jawa Timur (Jatim) berstatus menjadi Desa Devisa. Keenam Desa Devisa tersebut yaitu Desa Parengan (Tenun Ikat) di Lamongan, Desa Punjung (Olahan Jahe) di Pacitan, Desa Minggirsari (Kendang Jimbe) di Blitar, Desa Ngubalan (Kerajinan Akar Jati) di Ngawi dan dua Desa Batik dan Tenun Gedog di Tuban yaitu Desa Margorejo dan Desa Kedungrejo.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, tujuan utama Desa Devisa adalah untuk memperluas pasar produk lokal agar bisa masuk ke pasar ekspor. Yang mana, dalam program ini juga disediakan mentor-mentor ahli yang akan mendampingi pelaku usaha untuk bisa meningkat daya saingnya hingga produknya laku di pasar ekspor.
Sehingga, Program Desa Devisa disebutnya sebagai bentuk nyata bahwa pemberdayaan masyarakat, utamanya untuk ekspor bisa dimulai dari lini mana saja.
“Melalui Program Desa Devisa ini, bisa kita petakan dan prioritaskan wilayah yang memiliki produk unggulan sejenis, atau produk complementer. Sehingga dapat saling memperkuat dan menguatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya, Rabu (2/10/2022).
Ke depan, Khofifah berharap, kuota Desa Devisa di Jatim dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) semakin ditambah. Sebab, secara tidak langsung Desa Devisa sebagai merupakan jembatan produk lokal untuk menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Jatim, bahkan nasional.
“Ini ikhtiar kita bersama dalam mendukung agar bisa tercapai perluasan market dan peningkatan daya saing dari produk-produk UKM dan IKM kita hingga ke pasar global,” pungkasnya.
Direktur Pelaksana Bidang Hubungan Kelembagaan LPEI, Chesna F Anwar menyampaikan bahwa, Desa Devisa ini merupakan kegiatan pemerintah dalam mengembangkan UMKM agar bisa menembus pasar ekspor. “Tujuan Desa Devisa adalah mengembangkan UMKM agar bisa tembus ekspor. Program kolaborasi hingga bulan September 2022 yang sudah kami laksanakan yaitu pelatihan pada 604 peserta dan menghasilkan 50 eksportir baru,” katanya.
Chesna menambahkan, Desa Devisa di Jatim adalah yang terbanyak di Indonesia. Dimana, sebelum penambahan enam Desa Devisa telah ada pendampingan LPEI pada 22 Desa Devisa di Jatim. Karenanya, dengan tambahan Desa Devisa hari ini, pihaknya optimistis akan semakin mendorong produk lokal Jatim tembus ke pasar global.
“Ini merupakan Desa Devisa terbanyak di Indonesia. Dan dari segi Pembiayaan ekspor segmen UMKM, LPEI telah menyalurkan pembiayaan ekspor Rp 5,4 trilliun per Juni 2022,” ungkapnya.(rah)