Penulis: Gantyo Koespradono
KASTANEWS.ID: DARI beberapa “calon presiden” yang terjaring lembaga survei, ada satu bakal “capres” yang menurut saya “klotokan” (nekat dan cenderung nggak tahu malu) yaitu Anies Baswedan.
Sebelum saya lanjutkan, saya perlu jelaskan dulu mengapa saya cantumkan tanda petik untuk kata “calon presiden” dan “capres” pada alinea di atas.
Ya, tanda petik tersebut mengandung makna bukan sesungguhnya. “Capres” Anies misalnya, sampai saat ini ia belum menjadi capres. Bakal calon (balon) presiden pun juga belum.
Sebutan capres atau bakal capres baru sah kalau Anies atau siapa pun sudah ditetapkan, diusung dan didukung partai politik.
Sebutan capres semakin lebih afdol dan sah berdasarkan hukum dan administrasi jika namanya sudah didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sampai sekarang belum satu pun partai politik yang secara resmi menyebut, mengusung, mendukung — apalagi mencalonkan — Anies.
Partai NasDem? Ah, ini pepesan kosong. Itu hanya obrolan warung kopi. Lebih banyak ngawur dan berkadar hoaks dosis tinggi daripada faktanya.
Partai ini dikabarkan baru menetapkan siapa bakal capres bulan Juni nanti. Saya lebih baik sabar menunggu daripada berspekulasi dan “keminter”.
Dilatarbelakangi alasan-alasan itulah mengapa saya menyebut Anies sebagai sosok yang “klotokan” karena mengklaim dirinya “paling layak” menjadi RI-1.
Faktanya, sampai saat ini ia adalah gubernur DKI Jakarta yang pada Oktober tahun ini masa jabatannya berakhir.
Sepanjang yang saya ketahui, belakangan ini ia lebih sering tampil sebagai “capres” untuk hajatan 2024 daripada sebagai gubernur.
Musim pencapresan belum juga tiba, tapi dia sudah sibuk “kampanye” ke sana kemari.
Anies dengan keklotokannya sengaja melakukan itu — paling tidak atas saran para pendukungnya — tentu dimaksudkan agar namanya terus diperhitungkan dan terjaring lembaga-lembaga survei.
Aksi nekatnya meski harus memotong urat malu memang membuahkan hasil positif. Namanya masuk dalam tiga besar bursa bakal calon presiden lembaga survei.
Hasil survei terbaru Charta Politika Indonesia menunjukkan ada tiga kandidat kuat sebagai calon presiden dalam Pilpres 2024.
Mereka adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Ketiganya, menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, memiliki elektabilitas tertinggi sebagai capres jika pemilihan umum diselenggarakan saat ini. “Tiga besar ini sangat sulit digeser dalam setahun terakhir,” katanya.
Ganjar merupakan tokoh dengan elektabilitas bakal capres tertinggi (25,6%), disusul Prabowo 22%, dan Anies 19,7%.
Suka tidak suka, itulah faktanya. Anies yang klotokan luar biasa utu menempati urutan ketiga.
Sangat mungkin nama Anies terjaring dan menempati urutan ketiga karena selama ini lembaga survei mengajukan pertanyaan tertutup (menyebut/menulis nama “capres”).
Saya penasaran, andai saja lembaga survei mengajukan pertanyaan terbuka yang memberikan kebebasan kepada responden untuk memilih atau memfavoritkan siapa tokoh yang layak menjadi capres, apakah nama Anies masih terjaring dan ia tetap masuk dalam tiga besar?
Jika namanya tetap masuk, maka aksi-aksi klotokan yang dilakukan Anies dan tim suksesnya selama ini, terbukti tidak sia-sia.
Saya angkat jempol. Lebih baik menerapkan antimalu di jalan daripada tidak menjadi bakal capres.
Ibarat sudah terlanjur basah. Saya menduga aksi-aksi nekat tetap akan dilakukan Anies dan kawan-kawan.
Meski diserang oleh para netizen, Anies sama sekali tidak memberikan reaksi ketika mengadakan aksi mudik gratisnya, dicurigai menggunakan anggaran pemerintah (APBD).
Maaf, saya nggak sampai berpikir ke sana. Saya berprasangka baik saja. Siapa tahu Anies mengeluarkan biaya untuk mudik gratis dari uang tabungannya sendiri sejak ia menjadi gubernur Jakarta. Berapa sih sewa 400-an bus?
Karena Anies klotokan, menurut saya, wajar-wajar saja kalau para pemudik dikenai kewajiban mengenakan kaos yang juga gratis bertuliskan: “Anies Baswedan Presiden 2024”.
Di media sosial kini bahkan beredar formulir pernyataan dukungan untuk Anies. Nggak cuma untuk capres 2024, tapi juga dalam rangka calon gubernur DKI Jakarta periode 2024-2029.
Jika formulir itu benar, rupanya Anies siap juga menjabat gubernur Jakarta untuk kali yang kedua jika ia gagal “nyalon” sebagai RI-1. Eh, siapa tahu, ayat dan mayat masih bisa dijualbelikan.
Tapi, saya berharap formulir dukungan buat Anies di atas hanya hoaks, sebab masih ada aksi klotokan lain yang pasti akan dimainkan Anies untuk mewujudkan ambisinya menjadi RI-1.[]