Oleh Gantyo Koespradono
KASTANEWS.ID: HARI-hari ini aksi “aku layak jadi capres 2024” semakin ramai. Tim sukses mulai melakukan promo di lapangan untuk memikat masyarakat.
Erick Tohir yang kini masih menjabat Menteri BUMN misalnya mulai menyapa masyarakat kelas bawah. Soal pantas atau nggak pantas nanti dulu.
Saya tidak tahu, ini rekayasa yang dirancang dan diketahui oleh Erick atau tidak, sejumlah elemen masyarakat mulai mendeklarasikan diri sebagai pendukung Erick di sejumlah daerah.
Erick sendiri sampai sekarang belum terang benderang mengungkapkan, “Aku capres 2024.” Malu? Boleh jadi.
Yang pasti Puan Maharani lewat bentangan spanduk dan baliho di berbagai daerah telah mengumumkan bahwa sosoknya layak diperhitungkan sebagai capres 2024.
Selain pasang spanduk yang pasti menghabiskan uang tidak sedikit, Puan punya modal besar, yaitu ibunda, Megawati Soekarnoputri, yang sampai saat ini mengendalikan PDI Perjuangan.
Tidak cuma itu, PDIP juga menjadi satu-satunya partai yang bisa mengusung dan mencalonkan capres sendiri tanpa mengemis dukungan kepada partai-partai lain. Maklum, PDIP punya 20% syarat presidential threshold.
Oleh sebab itu jika sang bunda berkehendak, bisa saja Puan ditetapkan sebagai capres dari PDIP. Para kader partai banteng itu pasti akan manggut-manggut saja. Setuju.
Sayang memang “tes ombak” yang dilakukan PDIP untuk mengangkat Puan tak sesuai dengan harapan. Berbagai lembaga survei menghasilkan fakta nama Puan tak bertengger di urutan 5 besar yang elektabilitasnya tinggi.
Elektabilitas Puan tetap kalah dengan Anies Baswedan yang kini kebingungan terkait dengan sengkarut hajatan balap Formula E yang sesuai jadwal harus digelar Juni nanti namun sampai sekarang belum jelas sirkuitnya kapan rampung.
PDIP dan Megawati tampaknya harus realistis dan tahu diri dengan situasi seperti ini. Saya yakin Megawati (PDIP) tidak akan memaksakan diri mencapreskan Puan.
Saya menduga Puan akan dicawapreskan berpasangan dengan Prabowo atau capres lain yang diusung koalisi partai-partai nasionalis.
Sosok yang melakukan cek ombak dengan menebar baliho ukuran raksasa selain Puan adalah Airlangga Hartarto yang kini memimpin Partai Golkar sebagai ketua umum.
Partai Golkar tampaknya sudah seia sekata untuk mengusung Airlangga sebagai capres. Tersiar kabar Airlangga dijanjikan untuk dipastikan menjadi cawapres jika Golkar mau berkongsi dengan sebuah partai yang bakal menggelar konvensi capres. Namun, tawaran itu ditolak Airlangga. Alasan penolakan apalagi kalau ia sendiri ingin menjadi RI-1. Bukan RI-2.
Akan muluskah Golkar mengusung Airlangga? Tidak mudah, sebab elektabilitas Menko Perekonomian ini tidak moncer.
Persoalan juga akan muncul dengan siapa Golkar harus berkoalisi? Semua partai tampaknya kini sudah membidik sendiri-sendiri siapa sosok yang layak dicapreskan.
Kita tunggu, cepat atau lambat dalam tahun ini pencapresan pasti akan semakin terang benderang, sebab agenda perpemiluan sudah disepakati antara DPR dan Pemerintah.[]