Willy Aditya Tegaskan, Voluntarisme adalah Bensin Demokrasi

Willy Aditya Tegaskan, Voluntarisme adalah Bensin Demokrasi

JAKARTA (Kastanews.com): Ketua Komisi XIII DPR RI, Willy Aditya, mengapresiasi gerakan kerelawanan Turun Tangan yang telah bekerja setulus hati di Tanah Air . Ia menegaskan bahwa semangat kerelawanan menjadi modal penting dalam menjaga kualitas demokrasi.

“Masih ada orang yang mau peduli, mau empati, dan mau bersolidaritas. Voluntarism itu bensin demokrasi,” ujar Willy usai dialog kebangsaan Fraksi Partai NasDem DPR RI dengan gerakan kerelawanan Turun Tangan, di Ruang Rapat Fraksi NasDem, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (28/11/2025).

Gerakan Turun Tangan, yang telah berdiri sejak tahun 2013 dan kini memasuki angkatan ke-19, menjalankan program pengabdian satu bulan di tengah masyarakat. Para pesertanya terlibat sebagai guru, bidan, penggerak komunitas, hingga fasilitator lokal. Bagi Willy, keberlanjutan gerakan ini merupakan bukti bahwa energi perubahan masih hidup di akar rumput.

“Ini suatu bentuk bagaimana voluntarism itu masih hidup di tengah kita. Ini hal yang sangat progresif,” ujarnya.

Dalam pertemuan tersebut, para relawan ingin memahami secara langsung bagaimana proses kebijakan publik dan legislasi dibentuk. Willy kemudian menjelaskan berbagai capaian Partai NasDem dalam memperjuangkan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat.

“Kami memperjuangkan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual, Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, hingga Undang-Undang Masyarakat Hukum Adat. Itu pesan jelas dari Pak Surya: politik harus pro-publik,” kata Willy.

Ia menekankan bahwa Fraksi Partai NasDem selalu membuka pintu bagi kelompok masyarakat yang ingin berdiskusi terkait kebijakan publik. Menurutnya, partisipasi publik bukan sekadar pelengkap, tetapi inti dari proses demokrasi.

“Fraksi Partai NasDem sangat terbuka. Siapa saja boleh datang dan berdiskusi. Kita lihat apa yang bisa diperjuangkan bersama. Kalau tidak bisa, apa kendalanya. Di sinilah demokrasi deliberatif bekerja,” ujarnya.

Willy menjelaskan bahwa demokrasi yang matang harus memberi ruang dialog bagi berbagai kelompok kepentingan untuk bertemu dan memperjuangkan isu bersama.

“Demokrasi yang matang adalah demokrasi yang deliberatif. Backbone-nya adalah dialog,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa dinamika antara pengorganisasian masyarakat dan politik harus berjalan berdampingan agar tidak terjadi miskomunikasi atau jarak antara aspirasi publik dan kebijakan.

Kunjungan ini diikuti oleh 70 relawan dari total 140 peserta angkatan terbaru, dengan perwakilan dari Papua, Maibrat, Tidore, Ternate, Makassar, dan berbagai daerah lain. Menurut Willy, antusiasme dan keberagaman wilayah peserta menunjukkan bahwa semangat kerelawanan tidak hanya muncul di kota besar, tetapi juga mengakar kuat di berbagai pelosok Indonesia.

“Animonya besar sekali. Selama masih ada voluntarism, kita berhak optimis,” ungkapnya.

Lebih jauh, Willy menyampaikan bahwa gerakan Turun Tangan memiliki potensi strategis untuk menjadi jembatan antara kerja-kerja komunitas dan kebijakan publik. Karena itu, ia berkomitmen menghubungkan aktivitas para relawan dengan kepala daerah serta legislator NasDem di berbagai wilayah.

“Ini pengorganisasian berbasis komunitas yang harus terus dibukakan ruangnya. Politik dan komunitas jangan sampai terputus,” jelasnya.

Willy menutup pertemuan dengan menegaskan kembali komitmen Fraksi NasDem untuk menjadikan ruang-ruang dialog seperti ini sebagai agenda rutin. “Kami membuka diri terus-menerus. Ruang-ruang deliberasi seperti ini harus hidup, karena di situlah demokrasi bekerja,” tukasnya.(rls/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *