Kesehatan Mental Dinilai Jadi Kunci Atasi Kasus Perundungan

Kesehatan Mental Dinilai Jadi Kunci Atasi Kasus Perundungan

JAKARTA (KASTANEWS.COM)- Beberapa waktu ini, dunia maya ramai akan beragam kasus perundungan atau bullying.

Tragedi remaja di Sukabumi yang mengakhiri hidupnya akibat tekanan teman sebaya, kasus santri di Aceh yang membakar pesantrennya karena tidak tahan di-bully, hingga peristiwa mengejutkan di salah satu sekolah di Jakarta ketika korban bullying meledakkan bom rakitan.

Psikiater dr Riati Sri Hartini sekaligus dosen Fakultas Kedokteran (FK) IPB University, menjelaskan bahwa memahami karakter dan fase perkembangan remaja menjadi kunci penting dalam menangani krisis kesehatan mental yang semakin nyata.

“Remaja merupakan masa transisi antara kanak-kanak dan dewasa. Pada fase ini, seseorang mengalami perubahan besar pada aspek fisik, mental, emosional, dan sosial. Masa ini dikenal sebagai periode pencarian jati diri. Remaja mulai memahami siapa dirinya dan perannya dalam masyarakat,” katanya, melalui siaran pers, Selasa (18/11/1025).

Beberapa waktu ini, dunia maya ramai akan beragam kasus perundungan. Tragedi remaja di Sukabumi yang mengakhiri hidupnya akibat tekanan teman sebaya, kasus santri di Aceh yang membakar pesantrennya karena tidak tahan di-bully, hingga peristiwa mengejutkan di salah satu sekolah di Jakarta ketika korban bullying meledakkan bom rakitan.

Menurut dia, konsep sehat jiwa masih sering disalahartikan. Banyak yang menganggap sehat mental berarti tidak ada gangguan kejiwaan. Padahal, World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai kondisi sejahtera secara fisik, mental, dan sosial.

“Dalam konteks remaja, sehat mental berarti mampu mengenali dan mengelola emosi, menjalin hubungan positif, serta beradaptasi terhadap tekanan hidup,” katanya.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa juga menegaskan bahwa individu yang sehat mental mampu berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, menyadari kemampuan diri, serta bekerja secara produktif.

Menurut dr Riati, gangguan kesehatan mental pada remaja dapat muncul melalui berbagai tanda, seperti menarik diri dari lingkungan sosial, munculnya pikiran negatif berkepanjangan, mudah marah, melanggar aturan, hingga keluhan fisik tanpa sebab jelas.

Pada beberapa kasus, remaja menggunakan rokok, alkohol, atau obat-obatan untuk meredakan stres. Penyebabnya bersifat multifaktor.

Tekanan teman sebaya, pencarian identitas diri, pengaruh media sosial, norma gender, hubungan keluarga yang tidak harmonis, hingga kekerasan di lingkungan sekitar dapat menjadi pemicu utama stres pada remaja.(rah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *