KASTANEWS.ID, SUDUT KENANGAN: Maret 2021 lalu, genap satu tahun Anfusia (almh), anggota Exispal24KJ angkatan Elang Gunung, alumni SMAN 82 Jakarta angkatan 1987, datang ke Jakarta dari Semarang untuk mengikuti acara Exispal24KJ Pulang Kampung ke Cangkuang.
Jauh hari sebelumnya, Aan, begitu dia akrab disapa, sudah menyatakan diri akan mengikuti acara yang rencananya akan digelar pada 4-5 April 2020 itu. Namanyapun sudah terdaftar dalam list peserta. Kaos seragam acara sudah dipesan. Bahkan sudah dicetak. Seluruh persiapan nyaris sempurna.
Bahkan, renovasi musola ‘Jabal Nur’ yang rencananya akan menjadi salah satu puncak acara, telah sempurna. Dari semula ingin merenovasi bagian dinding gedeg dan lantai kayu yang keropos, menjadi bangunan yang cantik. Tempat wudu malah sudah dirapikan sehingga memudahkan menuju musola. Padahal tempat wudu awalnya sama sekali bukan bagian dari yang akan direnovasi. Hanya kebaikan hati para dermawan dan soliditas sahabat Exispal24KJ lah serta restu Tuhan Sang Khalik lah semua itu bisa diwujudkan.
Namun, Covid-19 meluluhlantakkan seluruh rencana. Membuyarkan angan-angan hangatnya api unggun yang akan menemani di malam dingin. Meniadakan jabat erat dan pelukan hangat sahabat. Menghancurkan kerinduan berpuluh alumni Exispal24KJ untuk bersilahturahmi, bercengkerama, mensyukuri kerjasama yang begitu liat hingga mampu merenovasi sebuah musola yang tampak lebih cantik dan anggun.
Satu tahun yang lalu, boleh jadi angan-angan itu ada dalam benak almarhumah Aan. Jauh-jauh dari Semarang datang ke Jakarta untuk bersama ikut Pulang Kampung ke Cangkuang. Namun, Senin 22 Maret 2021, Aan bahkan telah ‘mendahului’ kita semua untuk selamanya.
Sebelumnya, Norman, simpatisan Exispal24KJ, juga telah mendahului kita semua. Almarhum memang tidak pernah terdaftar sebagai anggota Exispal24KJ, bahkan sekolahnyapun bukan di 24KJ. Namun karena pertemanan bersama anak-anak Exispal, dan kerap mengikuti kegiatan Exispal24KJ, dia sudah dianggap menjadi keluarga besar Exispal24KJ.
Norman ‘pergi’ karena covid. Almarhum sendiri yang mengabarkan kepada sesama teman, jika dirinya terserang covid.
Sebelum Norman, Rini Kuntari dan Kustini telah ‘pergi’ mendahului kita semua. Almarhumah Rini Kuntari dan Kustini adalah Exispal24KJ angkatan 1985. Sebagai pecinta alam, meski usia tak lagi muda, mereka berdua tetap menunjukkan jiwa kepecintaalamannya. Sebut misalnya Kustini, yang sempat ikut melakukan peletakan batu pertama saat renovasi total musola Jabar Nur dilakukan pada 15 Februari 2020. Ini artinya, jiwa kebersamaannya masih melekat dalam dirinya.
Duka mendalam juga terasa saat kepergian Umar Trihasto. Militan Exispal24KJ angkatan 1985 ini sempat sakit beberapa lama. Cuci darah karena ginjalnya terganggu. Meski dalam keadaan sakit begitu, almarhum Umar sempat merindukan dinginnya udara gunung. Bersihnya udara Gunung Bunder, Bogor.
Almarhum adalah sosok yang tegas. Punya jiwa kepemimpinan. Kritis terhadap banyak hal. Namun hatinya tetap baik. Mengerti kesulitan teman. Meski terkadang keras pada prinsip-prinsip yang harus dia pertaruhkan.
Asih Kuntari, atau yang lebih dikenal dengan sapaan Kunil, lebih dulu ‘pergi’ meninggalkan kita semua. Senyum ramahnya masih terus melintas setiap kali mendengar ataupun menyebut namanya. Hati baiknya bahkan pada orang-orang yang baru dia kenal jelas terpancar begitu nyata. Kebaikan itu terus bersinar. Tak pandang dengan dan pada siapa.
Tak heran, banyak air mata tumpah mengiringi kepergian Kunil yang begitu cepat. Sebelum meninggal, almarhumah Kunil dikabarkan sakit karena jatuh. Sempat dirawat di Haji Naim, tukang urut patah tulang di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.
Kemuliaan hati almarhumah di akhir hidupnya terlihat dalam wasiat, dia ingin mendonorkan matanya. Keputusan besar semasa hidup, dengan kesadaran penuh, ingin mendonorkan matanya jika kelak tiada.
Air hujan mengiringi kepergian Pembina Exispal24KJ saat dimakamkan di Tanah Kusir. Kisah hidup anak manusia tak ada yang bisa menerka. Almarhum Azwar Tanjung dikebumikan berbarengan dengan sang istri. Dimakamkan bersebelahan.
Menjadi tua tak menghalanginya untuk berkumpul bersama sahabat Exispal24KJ. Dia pernah mengatakan, “kalau bapak dikasih tahu kalian punya acara, sebisa mungkin bapak akan datang,” begitu ujarnya suatu ketika. Dan itu dia buktikan. Di tengah malam buta, tetiba dia hadir di Cidahu. Sekedar menyapa bekas anak didiknya yang kini lebih menjadi teman. Dan beberapa jam kemudian, Pak Azwar almarhum pamit pulang.
Sebelum Pak Azwar, Susatyo telah ‘pergi’ mendahului kita semua. Anggota Exispal24KJ itu pergi dengan tenang.
Kepergian mereka semua tidak terpaut jauh jarak kepergiannya. Seolah ingin mengingatkan pada kita semua, bahwa saatnya kita akan seperti mereka. Satu yang pasti dalam hidup adalah kematian.
Kirimkan doa untuk mereka. Bacakan Alfatikhah bila seiman. Doakan dengan cara sahabat supaya diberi kemudahan untuk mereka, untuk sampai ke surga.
Selama nafas ini masih ada, namamu akan terus kami sebut. Kujabat erat tanganmu saudaraku..Selamat jalan sahabat. (*)