KASTANEWS.ID, BELAKANG KOMDAK : ‘Belakang Komdak’, dua kata itu mungkin sekarang sudah jarang lagi terdengar. Atau bisa jadi malah sudah tidak ada lagi yang mengucapkannya. Tapi percayalah, meski ‘Belakang Komdak’ kini nyaris tak lagi mengguratkan kisah anak sekolah, namun bagi yang sempat mencecap pendidikan di SMAN 24KJ, ‘Belakang Komdak’ adalah kata yang sulit dilupakan. Ribuan kisah terburai dari ratusan atau mungkin ribuan anak-anak yang pernah menuntut ilmu di situ.
Mungkin perlu sedikit diurai kisah Gedung di ‘Belakang Komdak’ itu.
Gedung ‘Belakang Komdak’ sesungguhnya milik Yayasan Melati Sakura, hasil kerja sama Indonesia Jepang.
Pada tahun 1969, SMA 9 yang terletak di kawasan Blok M, pindah ke Gedung ‘Belakang Komdak’ menjadi SMAN 24 Jakarta. Rencananya, perpindahan itu hanya sementara. Hingga pada tahun 1975, SMA 24 mempunyai gedung sendiri di Lapangan Tembak hingga sekarang.
Pada tahun 1976, SMA 24 Jakarta memanfaatkan gedung ‘Belakang Komdak’ untuk membuka sekolah Filial. Jadilah SMA 24 Filial hingga tahun 1980 yang kemudian menjadi SMA 35 Jakarta ketika memiliki gedung sendiri di wilayah Karet Tengsin.
Tidak berhenti sampai di SMA 35 Jakarta, pada tahun 1981 SMA 24 Jakarta kembali mendirikan Kelas Jauh dan memanfaatkan gedung ‘Belakang Komdak’ dan yang kemudian diberi nama SMA 24 Kelas Jauh (24KJ).
Hanya berkisar 4 tahun kemudian, atau tepatnya pada 1985, SMA 24KJ sesungguhnya telah memiliki gedung baru yang terletak di Jalan Daha. Namun SMA 82 Jakarta secara resmi pindah ke Jalan Daha baru dilakukan tahun 1986. Sehingga hanya satu atau dua angkatan saja yang di tanda kelulusannya di ijazah dicantumkan nama dua SMA, 24KJ (82), yaitu angkatan 1986 dan 1987.
Sejujurnya, penting gak penting kembali menguak kisah gedung di ‘Belakang Komdak’. Tapi bagi angkatan 1987, kisah gedung di ‘Belakang Komdak’ rasanya sulit disisihkan. Sebab, dari gedung di ‘Belakang Komdak’ itulah kisah Angkatan 1987 mengalir hingga tahun ini yang memasuki tahun ke 30.
Satu atau dua minggu ke depan, Angkatan ‘87 ingin memperingati 30 tahun kelulusan dari SMA 82Daha Jakarta, maka angkatan 87 tidak bisa meninggalkan kisah gedung di ‘Belakang Komdak’ itu. Ijinkan mereka membagi kisah semampu ingatannya.
Gedung di ‘Belakang Komdak’ adalah bangunan cukup tua terdiri dari dua lantai. Warna putih dan abu-abu pada kusen-kusen pintu dan jendela, menjadi khas warna sekolah ketika itu. Sepintas lalu, bangungan itu seperti kurang terawat. Ada koyak rayap di banyak bagian kusen.
Gedung di ‘Belakang Komdak’ memiliki halaman cukup luas di depannya. Banyak aktifitas yang dilakukan di sana, utamanya upacara bendera dan ekstrakulikuler sekolah. Bahkan oleh anak-anak pencinta alam (Exispal 24KJ), tingginya gedung kerap dijadikan tempat latihan rapling dan prusiking.
Di bagian belakang, masih ada gedung sekitar 3 sampai 5 kelas (agak lupa). Kalau hujan agak deras, halaman kelas itu penuh dengan air. Satu siswi tomboy bernama Renti, jika hujan tiba, senangnya bukan main. Sebab kemudian, air yang ada di halaman kelas, dengan sengaja dia masukkan air itu ke dalam kelas dan membuat kelas penuh dengan air. Kemudian, teman-teman yang lain, membalik-balikkan bangku kelas sehingga terjadi ‘banjir’ di dalam kelas. Tujuannya tentu satu, TIDAK JADI BELAJAR.
Padahal, setelah guru masuk kelas, dia menatap ke langit-langit dan tidak menemukan tanda-tanda atap yang bocor.
“Airnya dari bawah bu,” celetuk siswa lainnya. (82Daha/2972017)