JAKARTA (Kastanews.com)– Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat realisasi pembiayaan atau penarikan utang pemerintah mencapai Rp266,3 triliun hingga 31 Juli 2024. Pertumbuhan seiring penerimaan tahun lalu yang cukup tinggi serta dari berbagai komoditas naik.
“Sampai dengan 31 Juli, walau APBN sudah membuat posturnya seperti itu, dari pembiayaan utang yang Rp648 triliun, baru realisasi Rp266,3 triliun, ini berarti realisasi baru 41,1 persen,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Agustus 2024, Selasa (13/8/2024).
Sri Mulyani menambahkan, tahun lalu pembiayaan mengalami penurunan issuance yang luar biasa, seharusnya Rp438 triliun menjadi hanya keluar Rp184 triliun SBN issuance.
“Tahun ini sudah naik ke Rp253 triliun, karena semua komoditas sudah reverse back harga, hingga memang defisit diperkirakan pasti lebih tinggi dari 2023, ini sudah terlihat dari pembiayaan kita,” tuturnya.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), SBN neto hingga akhir Juli telah issuance Rp253 triliun atau tumbuh 38 persen dibanding tahun lalu. Sri Mulyani menyebut, hal ini sebagai bagian dari countercyclical.
“Waktu ekonomi tinggi kita issuance nya lebih kecil sehingga itu mengurangi ledakan dari sisi boom yang tahun lalu, jadi countercyclical in action itu bisa dilihat dari sini. Pinjaman neto kita relatif tidak besar, Rp13,3 triliun, tahun lalu juga Rp11 triliun,” ucapnya.
Di sisi lain, realisasi pembiayaan non-utang tercatat negatif Rp49,3 triliun. Angka ini setara dengan 39,4 persen dari pagu anggaran dalam APBN 2024 sebesar Rp125,3 triliun.
“Jadi kalau kita lihat sampai realisasi sampai 31 Juli, total dari pembiayaan mencapai Rp217 triliun itu 41,4 persen dari postur APBN yg sudah ada di UU APBN kita,” kata Sri Mulyani.
Menurutnya, pembiayaan utang pemerintah tumbuhnya cukup tinggi dibanding tahun lalu, tapi itu relatif on track terhadap postur. Dibandingkan tahun lalu itu exceptional karena penerimaan luar biasa baik.
“Tugas Kemenkeu sekarang yang paling penting sampai 6 bulan ke depan mengendalikan defisit, karena belanja-belanja sudah dialokasikan dan sekarang akselerasi penerimaan harus dipacu. makanya tadi kita lihat berbagai titik balik penerimaan seperti pajak, bea keluar, bea cukai itu adalah hal yang positif,” katanya.
“Bagian dari belanja tetap harus kita disiplinkan supaya kita tetap menjaga disiplin dari sisi postur APBN tidak terlalu jauh dari postur awal,” tuturnya.(rah)