SUKABUMI (Kastanews.com): Anggota Bidang Pertanian, Peternakan, dan Kemandirian Desa DPP NasDem, H. Ayep Zaki menyerap aspirasi masyarakat yang mengeluhkan tingginya harga beras di pasaran. Dia pun membagikan dua jurus jitu untuk menekan harga beras.
Ayep Zaki mengatakan, trend kenaikan harga beras memang tidak hanya terjadi pada beras saja, tetapi juga pada jagung dan kedelai atau yang diistilahkan komoditi pajale (padi, jagung, kedelai).
“Jadi memang harga pajale sedang naik. Kalau beras itu kan dari gabah padi, maka harganya juga naik termasuk jagung dan kedelai sebenarnya,” kata Ayep Zaki kepada awak media, Jumat (29/9).
Ayep Zaki menjelaskan, kenaikan harga dipicu tingginya biaya produksi. Salah satu yang dimaksud biaya produksi adalah harga pupuk yang di luar dari perencanaan petani karena realita di lapangan saat ini para petani harus membeli pupuk dengan harga yang tinggi.
“Maka solusinya pemerintah harus menghadirkan pupuk yang murah. Tidak hanya murah, tapi juga berkualitas. Karena kita ingin terjadi peningkatan nilai tambah pada sektor pertanian,” terang Ayep Zaki.
Setelah memastikan hadirnya pupuk murah dan berkualitas, pemerintah juga harus menjamin proyeksi tanam hingga panen. Ayep Zaki menjelaskan, harus ada upaya peningkatan produktivitas tani di setiap masa panennya.
Dia pun membagikan simulasi dan gambaran apabila dalam sekali panen, biasanya satu hektar menghasilkan lima ton maka dengan menggunakan pupuk dan nutrisi yang berkualitas akan terjadi peningkatan produktivitas hasil panen menjadi enam ton.
“Dan ini sudah diuji coba selama enam tahun dan terbukti meningkatkan nilai tambah petani sampai 10 juta pertahun perhektar apabila satu tahun dua kali panen. Tentu ini meningkatkan gairah petani dan naiknya produksi pertanian dalam negeri apabila dikerjakan secara serentak maka tidak akan ada lagi kekhawatiran masalah ketersediaan pangan,” kata Ayep Zaki.
Selain itu, lanjut bakal calon anggota DPR RI Dapil Jawa Barat IV (Sukabumi Raya) pemerintah juga harus menjamin pembelian gabah yang dihasilkan para petani lokal di Indonesia. Pembeliannya pun harus dengan harga yang adil.
Ayep Zaki menuturkan, kebanyakan hasil tani itu dibeli tengkulak dengan harga sangat murah, tapi dijual ke konsumen dengan harga tinggi.
“Problem ini harus bisa diatasi pemerintah,” tegas Ayep.
Jurus kedua, lanjut Ayep Zaki, selama upaya meningkatkan nilai tambah pertanian padi dilakukan, mau tidak mau pemerintah harus melakukan impor. Namun, sebelum melakukannya, pemerintah harus kembali berbicara dengan masyarakat khususnya dari petani langsung hingga pengusaha.
Tujuannya untuk menyepakati angka-angka yang ideal dan rasional dalam menjual beras impor kepada masyarakat. Namun tidak mengganggu harga beras lokal yang dihasilkan petani di Indonesia.
“Ya, silahkan impor beras. Cari negara yang penghasil beras yang kualitasnya baik. Misalkan Vietnam, atau negara manapun itu. Tapi catatannya, harganya harus sesuai dengan angka-angka yang disepakati pemerintah dengan masyarakat, petani, dan pengusaha. Dan yang terpenting, marginnya jangan tinggi. Karena ini demi rakyat,” kata dia.
Menurut Ayep, pemerintah jangan mengambil margin yang besar dari impor beras. Sebab jika itu dilakukan, maka bukan bagian dari solusi atas harga beras yang mahal saat ini.
“Jadi menurut saya, pemerintah memang benar-benar harus hadir untuk masyarakat. Memastikan beras yang dijual dengan harga murah, tapi kualitasnya baik, bagus, dan mencukupi nutrisi. Sembari itu, di sektor pertaniannya, harus terjadi peningkatan nilai tambah,” pungkasnya. (wayram/*).